Selasa, 29 Oktober 2019

Tinjauan Teori Tennis Elbow


BAB I

PENDAHULUAN




A.  Latar Belakang

Tennis elbow adalah salah satu gangguan siku yang paling sering diderita oleh orang yang suka bermain tennis. Tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang tidak pernah bermain tenis dapat terkena cidera ini. Prevalensi atau angka kejadian yang ada didunia, tennis elbow dialami 1% hingga 3% penduduk secara keseluruhan dan sebanyak 50% dari pemain tenis selama mereka berkarir, sering diderita oleh pria dibandingkan dengan wanita. Pemain tennis yang cedera nyeri kategori ringan yaitu nyeri otot adalah 38,6% dan yang termasuk otot tertarik sebesar 32,3% (Hawkins et al., 2000). Pemain mengeluhkan nyeri pada siku yang akan semakin memburuk ketika pemain beraktivitas dan membaik setelah pemain beristirahat. Pemain juga merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika pemain melakukan pukulan backhand tenis atau menggunakan obeng secara berlebihan (Syukri, 2013).
Tennis Elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi pergelangan tangan yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi (seperti  gerakan pemain tenis  yang melakukan pukulan backhand
(Syukri, 2013).




Suatu gangguan setingkat jaringan atau keluhan yang dirasakan penderita akibat penyakit yang di deritanya. Pada penderita nyeri siku dapat berupa nyeri tekan pada bagian sisi luar siku atau, nyeri gerak pasif dan aktif pada siku dan penurunan kekuatan otot.
Banyak intervensi fisioterapi yang telah digunakan untuk mengobati nyeri pada pergelangan tangan, termasuk non steroid obat anti-inflamasi, kortikosteroid injeksi (Assendelft, 2003), cyotheraphy dalam kondisi akut, di ikuti panas dalam tahap kronis, pijat friction, akupuntur, electrical stimulation, laser, kekuatan melawan bracing, gelombang kejut fisioterapi, progesif penguatan, dan terapi latihan peregangan (Amro, 2010). Modalitas fisioterapi gagal secara khusus untuk meningkatkan kualitas kolagen pada tendon atau membawa   vaskularisasi   baru   mempromosikan   penyembuhan   jaringan, langkah-langkah ini harus dilakukan, karena itu digunakan sebagai bagian dari rencana perawatan yang lebih besar, termasuk  mulligan mobilisasi dengan teknik gerakan (Geetu et al., 2008).






Mulligan Mobilization with movement dan taping yang dikembangkan oleh Mulligan untuk mengobati tennis elbow adalah bentuk terapi manipulasi yang termasuk lanjutan dari lateral glide ke sendi siku dengan gerakan fisiologis secara bersamaan. Mobilisasi ini sering digunakan untuk memperbaiki posisi yang salah pada sendi siku (Miller, 2000).
Taping untuk jaringan lunak yang terluka dan memberikan dukungan dan perlindungan bagi struktur, meminimalkan nyeri dan bengkak pada tahap akut. Taping juga memperkuat struktur yang mendukung dalam posisi normal dan melindungi jaringan yang terluka dari kerusakan. Banyak cara digunakan untuk  cedera,  pencegahan,  pengobatan,  rehabilitasi,  dan  olahraga  (Rose,
2008).

Menurut  Miller  (2000),  Mulligan  Mobilization  with  movement  dan taping dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan menggengam dan meningkatkan gerak fungsional siku setelah 2 minggu pengobatan dan 1 bulan tindak lanjut menunjukkan fungsi penuh dengan tidak adanya rasa sakit.
(Geetu dan Deepak, 2008) menemukan bahwa Mobilisation with movement menyebabkan peningkatan statistik signifikan dalam kekuatan dan fungsional. (Bisset et al,   2005) dibandingkan efek fisioterapi (Mobilisation With Movement dan olahraga) dengan kortikosteroid injeksi. Mereka menemukan bahwa injeksi kortikosteroid menunjukkan efek signifikan lebih baik pada 6 minggu, tetapi dengan tingkat kekambuhan tinggi setelahnya dan secara signifikan lebih minim hasil dalam jangka panjang bila dibandingkan dengan fisioterapi.







Vicenzino  (2003)  menyimpulkan  dalam  penelitiannya  bahwa  siku teknik taping kekuatan menggenggam meningkat secara signifikan sebesar
24% dari baseline (pZ0.028). Efek pengobatan lebih besar dari itu untuk kondisi plasebo dan kontrol. Vicenzino dan Wright (1995) diterapkan Mobilisation With Movement dan dikombinasikan dengan taping menemukan perubahan signifikan bebas rasa nyeri pada kekuatan pegangan, dan fungsinya, ketika dibandingkan dengan pengobatan tradisional. Singkatnya, ada beberapa bukti untuk mendukung penggunaan teknik Mulligan dan taping dalam pengobatan nyeri siku, tetapi studi lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan kemanjuran klinis.



B.  Rumusan Masalah

Dari  latar  belakang,  rumusan  masalah  dalam  penelitian  ini  adalah sebagai berikut:
1.   Apakah ada pengaruh Mulligan mobilization with movement dan taping

terhadap penurunan nyeri pada tennis elbow ?

2.   Apakah ada pengaruh Mulligan mobilization with movement dan taping

terhadap peningkatan kekuatan otot menggenggam pada tennis elbow ?



C.  Tujuan Penelitian

1.   Mengetahui pengaruh Mulligan mobilization with movement dan taping

terhadap penurunan nyeri pada tennis elbow.

2.   Mengetahui pengaruh Mulligan mobilization with movement dan taping

terhadap peningkatan kekuatan otot menggenggam pada tennis elbow.







D.  Manfaat Penelitian

1.   Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan serta pengembangan dalam bidang Fisioterapi Musculoskeletal, tentang pengaruh Mulligan Mobilization With Movement dan taping terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan menggenggam pada tennis elbow.
2.   Praktis

Dapat diaplikasikan untuk pasien nyeri siku pada pemain tennis kedepannya,   sehingga   dapat   dijadikan   pilihan   untuk   manajemen penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan menggenggam pada tennis elbow serta bisa dijadikan dasar penelitian selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar