Selasa, 29 Oktober 2019

de Quervains Tenosynovitis


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
De Quervain Tenosynovitis  adalah kondisi yang menimbulkan rasa sakit dan mempengaruhi tendon di sisi ibu jari pergelangan tangan. Pada mereka yang menderita de Quervain tenosynovitis, menggerakkan pergelangan tangan dan memegang sesuatu atau mengepalkan tangan pun akan menimbulkan rasa sakit pada tendon. De Quervain Tenosynovitis merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisi brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut.De Quervain Tenosynovitis ini merupakan tendovaginitis kronik yang disertai  penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan penebalan tendon. Lokasi De Quervain Tenosynovitis ini adalah pada kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan.Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk didalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB) paisen dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsalateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian lateral. Kondisi ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan non bedah (Sjamsuhidajat, 1998).
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang,seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif di mana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak. 3Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden de Quervains syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya, banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndromeselama kehamilannya atau selama periode postpartum (Mayo clinic, 2015). Data yang diperoleh dari bagian rekam medis RS XXX jumlah angka kejadian pasien dengan de quervain tonsynovitis pada  bulan agustus 2017 ada 3% dari 45% de quervain tonsynovitis kemudian pada bulan oktober 2017 mengalami peningkatan menjadi7% dari bulan Oktober 2017
Meskipun penyebab pasti dari tenosynovitis de Quervain tidak diketahui, setiap kegiatan berulang yang mengandalkan tangan atau memerlukan gerakan pergelangan tangan – seperti bekerja di kebun, bermain golf atau olahraga raket atau mengangkat bayi – dapat membuatnya lebih buruk. Penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse (terutama pada ibu jari).Gangguan ini biasanya terjadi setelah menggunakan pergelangan tangan berulang-ulang. Gejala utama adalah rasa nyeri pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari, saat menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan. Luka langsung pada pergelangan tangan atau tendon.Bekas luka menimbulkan bekas yang dapat membatasi pergerakan tendon.Penyakit reumatoid arthritis.Penyakit reumatoid arthritis juga merupakan penyebab dari de quervain syndrome karena banyak pekerjaan yag melibatkan banyak pergerakan tangan seperti misalnya tukang kayu, pekerja kantoran, dan pemain alat musik. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa seperti pada orang tua baru yang menggendong anaknya juga dapat memicu kondisi ini.Penanganan De Quervain tendinosis/tenosynovitis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara konservatif (non operasi) dan operasi. Penanganan De Quervain tendinosis/tenosynovitis secara konservatif umumnya dilakukan di awal keluhan (aziz, 2011).
Beberapa cara yang dilakukan pada pengobatan De Quervain tendinosis/tenosynovitis secara konservatif yaitu: Penggunaan penyangga (brace atau tapping) yang berguna  untuk mengistirahatkan pergelangan tangan dan  ibu jari dari gerakan-gerakan  yang dapat memperburuk  iritasi dan peradangan. Alat ini dapat digunakan selama  4 hingga 6 minggu.Kompres es dapat dilakukan pada kondisi akut dengan nyeri yang hebat. Lakukan kompres kurang dari 20 menit setiap kalinya dan dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari selama 3 hari. Obat-obat pereda nyeri sederhana dapat digunakan. Namun bila keluhan semakin berlanjut, biasanya dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan obat anti inflamasi generasi lanjut seperti ibuprofen, naproxen atau obat lainnya.Jika langkah-langkah sederhana gagal untuk mengontrol gejala, dokter mungkin menyarankan suntikan kortison ke dalam terowongan tendon. Kortison dapat mengurangi pembengkakan tenosynovium dan dapat meredakan gejala sementara. Suntikan kortison biasanya akan mengontrol peradangan pada tahap awal dari masalah dan harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman melakukannya. Injeksi kortison pada daerah tendon dan  selubungnyaTerapi Fisik (Fisioterapi) dan latihan fisikTerapi ini memadukan antara latihan fisik dan terapi dengan menggunakan beberapa alat yang menggunakan metode fisika seperti alat ultrasound (menggunakan gelombang suara), laser, terapi cahaya infrared (panas) dan alat-alat lain dengan tujuan untuk mengurangi peradangan, rasa sakit dan meningkatkan penyembuhan. Terapi laser Terapi fisik De Quervain tendinosis/tenosynovitis umumnya dilakukan 6 sampai 8 minggu bersamaan dengan latihan fisik yang bertujuan untuk memperkuat dan menstabilkan otot-otot dan sendi di tangan dan ibu jari. Latihan lain digunakan untuk meningkatkan kontrol motorik halus dan ketangkasan ibu jari dan pergelangan tangan.Dokter atau terapis juga akan mengajarkan dan membantu menemukan cara untuk melakukan tugas-tugas atau aktivitas sehari-hari dengan tidak terlalu banyak memberi tekanan pada ibu jari dan pergelangan tangan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan kelainan berlanjut. Pengobatan De Quervain tendinosis / tenosynovitis secara operasi dilakukan apabila dalam waktu 6-8 minggu tidak ada perbaikan dengan terapi konservatif atau bahkan keluhan semakin bertam bahhebat.Dokter bedah akan melakukan sayatan untuk membuka dan memberikan lebih banyak ruang untuk tendon sehingga tendon tidak saling bergesekan saat bergerak Sayatan untuk merobek terowongan (selubung tendon) pada tindakan operasi Operasi De Quervain tendinosis/tenosynovitis  dilakukan dengan rawat jalan, pasien tidak diharuskan bermalam di rumah sakit. Proses pemulihan dapat memakan waktu beberapa bulan. Rasa sakit dan gejala umumnya mulai membaik setelah operasi, kecuali pada area bekas sayatan, yang harus mendapatkan perawatan khusus untuk mencegah terjadinya infeksi.Selama masa pemulihan, dokter atau terapis juga akan melatih penderita untuk mulai menggunakan dan menggerakkan tangan secara aktif dan melatih rentang gerak sendi pergelangan tangan dan ibu jari. Waktu pemulihan bervariasi, bergantung pada usia, kesehatan umum penderita, dan berapa lama gejala telah ada sebelumnya (B, Josep j, 2013).
1.2   Rumusan Masalah
       Bagai manakah asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan De Quervain Tenosynovitis  ?
1.3   Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan De Quervain Tenosynovitis di RS XXX
1.3.2 Tujuan Khusus
1.    Mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan De Quervain Tenosynovitis secaratepat, efektif dan benar.
2.    Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien De Quervain Tenosynovitis yang efektif.
1.4     Manfaat Penulisan Makalah
Terkait dengan tujuan, maka tugas makalah ini diharapkandapat memberi manfaat :
1.4.1   Manfaat Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan keterampilan perawat  dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan De Quervain Tenosynovitis di RS XXX
1.4.2   Manfaat Bagi Rumah Sakit
1.    Tugas makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan di RS XXX
2.    Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan dan tambahan informasi bagi pelayanan di RS XXX
3.    Hasil studi kasus ini dapat memberikan infomasi baru dan sebagai bahan perbandingan serta referensi bagi penulis berikutnya yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pasien dengan De Quervain Tenosynovitis dengan mengambil literatur yang berhubungan dengan kasus.




BAB 2

LANDASAN TEORI
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan De Quervain Tenosynovits. Konsep penyakit akan diuraikan anatomi dan fisiologis De Quervain Tenosynovitis , definisi, etiologi dan factor resiko, manifestasi klinis, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan diagnosis dan penatalaksanan medis. Konsep asuhan keperawatan mengenai penyakit De Quervain Tenosynovitis  dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
2.1  Konsep Dasar De Quervain Tenosynovitis
2.1.1        Definisi De Quervain Tenosynovitis
De Quervain tendinosis/tenosynovitis adalah peradangan atau pembengkakan tendon ibu jari dan selubungnya, yang terletak di sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari tangan. Kelainan ini sering juga dikenal sebagai gamer’s thumb, Blackberry thumb.
Tendon adalah ujung-ujung otot yang berbentuk pita dan terdiri dari serat kolagen, yang melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. Tendon tidak memiliki kemampuan berkontraksi seperti otot, tetapi dapat memanjang (meregang). Aktivitas berulang yang memicu timbulnya peregangan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan atau masalah pada tendon dan selubungnya (Mayo clinic,2015)
Pada gamer’s thumb, tendon yang terlibat adalah tendon dari otot ekstensor policis brevis (EPB) dan otot abduktor policis longus (APL) yang berfungsi untuk menggerakkan ibu jari menjauhi dan mendekati telapak tangan. 
Kedua tendon berjalan berdampingan pada sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari tangan melewati suatu terowongan yang berfungsi sebagai  pemegang. Tendon ditutupi oleh lapisan jaringan lunak licin tipis, disebut sinovium. Lapisan ini memungkinkan tendon untuk meluncur dengan mudah melalui terowongan yang juga dilapisi dengan lapisan licin yang disebut tenosynovium. Peradangan tendon dan pembengkakan tendon dan selubung tenosynovium, disebut sebagai tenosynovitia (B, Josep J, 2013)
2.1.2        Anatomi
Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan langsung melekat pada tulang.



Gambar 1. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis

Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.

Gambar 2. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan transversal tendon sheath

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor karpi ulnaris.            
Gambar 3. Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam

De Quervain’s syndrome adalah stenosis pada tendon sheath kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis.

Gambar 4. Kompartemen dorsal pertama
Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi sebagai pergerakan abduksi pada polluks.     Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada komp  artemen ini akan merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis (Sahin, 2003).

2.1.3        Etiologi
Penyebab pasti dari De Quervain tendinosis/tenosynovitis atau gamer’s thumb tidak diketahui. Namun setiap kegiatan yang mengandalkan gerakan tangan berulang atau gerakan pergelangan tangan, seperti bekerja di kebun, bermain golf atau mengangkat raket atau menggendong bayi, barang bawaan, dll, akan menyebabkan tendon bergerak keluar masuk melewati terowongan (selubung tenosynovium) berulangkali. Peningkatan gesekan ini mungkin mengiritasi dan memicu terjadinya peradangan tendon dan pembengkakan tendon maupun lapisan tenosynovium (Foye, 2005).
Penyebab De Quervain tendinosis/tenosynovitis yang lain, meliputi:
1.       Cedera langsung yang mengenai pergelangan tangan atau tendon, dapat memicu terjadinya jaringan parut dan akhirnya dapat membatasi pergerakan tendon.  
2.       Penyakit arthritis inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, dapat menyebabkan terjadinya tenosynovitis di area tersebut.
3.       Orang yang berusia 30 hingga 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena De Quervain tenosynovitis dibanding kelompok usia lainnya. 
4.       Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan ± 8:1 dan mungkin berhubungan dengan kehamilan. Pekerjaan rumah tangga yang melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan, seperti saat mengangkat anak, mencuci pakaian, dll, juga dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut.
5.       Pekerjaan atau hobi yang melibatkan pergerakan tangan dan pergelangan tangan berulang-ulang juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya De Quervain tenosynovitis atau gamer's thumb
2.1.4   Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif).
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini (Polsdorfer, 2011).
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius.

2.1.5        Manifestasi Klinis
            Gejala yang sering muncul adalah nyeri, tenderness, bengkak pada ibujari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam.
            Diagnosis untuk menegakkkan apakah ini adalah de Quervain syndrome adalah dengan menggunakan finkelstein's test. Tes ini dilakukan dengan cara pasien mengepalkan tangannya dimana ibujari diliputi oleh jari-jari lainnyas elanjutnya dilakukan deviasi ulner plus ekstension. Hasilnya positif jika pasien merasakan nyeri hebat sehingga menolak untuk melanjutkan gerakan tersebut (Jowir, 2012).
Ada beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat kita amati dari penderita De Quervain Syndrome, antara lain :
            1. Nyeri pada sekitar ibu jari
2. Bengkak pada pergelangan tangan sisi ibu jari
3. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelang tangan sisi ibu jari karena syaraf yang menempel pada selubung tendon ikut teriritasi maupun karena penjepitan syaraf dari tendon yang membengkak
4. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
5. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
6. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
7. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal (Discher,2007)

2.1.6   Komplikasi
     Jika tenosynovitis de Quervain tidak diobati, penderita mungkin sulit untuk menggunakan tangan dan pergelangan tangan dengan benar. Jika tendon yang terkena tidak dapat lagi meluncur dalam terowongan dengan baik, gerakan tangan pun akan terbatas (Aziz,2014) Anda akan membatasi pergerakan tangan dan pergelangan tangan anda untuk menghindari rasa nyeri jika dibiarkan tidak diterapi. Dengan terbatasnya pergerakan, menimbulkan nyeri yang lebih besar dan juga menyebabkan berkurangnya kekuatan dan fleksibilitas tangan anda, yang selanjutnya dapat membatasi pergerakan tangan anda sama sekali      
2.1.7   Penatalaksanaan
De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Appley & Solomon,1995). De Quervain Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis. 
Tenosynovitis adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung synovial. De Quervain Syndrome melibatkan peradangan pada extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus (McRae & Ronald 1999). Perawatan bisanya mencakup:
1.       Minum obat Non-Steroidal Anti-Inflammatory untuk meredakan nyeri
2.       Suntikan steroid
3.       Memakai splint untuk mengistirahatkan area yang terpengaruh Jika gejala terus membandel tanpa ada perbaikan, akan ditawarkan pembedahan rawat jalan. Pembedahan hampir selalu berhasil dan Anda akan dapat menggunakan kembali tangan Anda setelah pulih.
4.       Istirahat, berendam aie hangan, dan obat-obatan anti-peradangan nonsteroidal (NSAIDS) efektif hanya untuk kasus yang sangat ringan. Suntikan kortikosteroid kedalam penutup tendon sangat membantu dalam 80% sampai 90 kasus: operasi kadang kala diperlukan.
2.1.8   Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium :
2.      Radiologi :
a.      X-Ray  
b.      Pemeriksaan rontgen:
c.       CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan
2.2      Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1   Pengkajian Keperawatan
1.    Identitas Pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. Secara keseluruhan, De Quervain tonsynovitis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita dan De Quervain tonsynivitis lebih banyak terjadi pada perempuan. (Joewono Soeroso, 2014).
2.    Riwayat Kesehatan
a.         Keluhan Utama
Pada pasien dengan De Quervain tonsynovitis didapatkan keluhan utama adalah  rasa  nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari De Quervain tonsynovitis. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya nyeri pada pergelangan tangan.
c.       Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Riwayat Operasi
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab De Quervain tonsynovitis dan memberi petunjuk berapa lama nyeri tersebut akan sembuhPenyakit-penyakit tertentu seperti  kanker tulang dan penyakit radang pada tendon yang menyebabkan nyeri hebat. Serta riwayat operasi sebelumnya yang berkaitan dengan pembedahan.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga dan Riwayat Alergi
Dikaji apakah ada anggota keluarga dari pihak suami atau istri tentang penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
3.    Pemeriksaan Fisik
a.       B1 (Breathing)
Pada inspeksi, bila tidak mengenai sistem pernapasan, maka akan ditemukan kesimetrisan rongga dada normal, pasientidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Pada palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.Pada perkusi, ada suara resonan pada seluruh lapang paru.Pada auskultasi, suara napan hilang/melemah pada sisi yang dakit, biasanya didapatkan suara nafas tambahan seperti ronki atau mengi
b.      B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
c.       B3 (Brain)
Kesadaran biasanya komposmentis.Pada kasus yang lebih parah, pasienbiasanya mengeluh pusing dan gelisah
d.      B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami gangguan. Produksi urine dalam batas normal yakni 600 ml – 1600 ml / 24 jam dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e.       B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
f.       B6 (Bone)
Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering dikeluhkan oleh pasien De Quervain tonsynovitis .Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan gerakan lain (Arif Muttaqin, 2006).
4.      Pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola Presepsi – Pemeliharaan Kesehatan
Pada kasus De Quervain tonsynovitis akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup pasienseperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah pasienmelakukan olahraga atau tidak.
b.    Pola Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan De Quervain tonsynovitis akan timbul keluhan nyeri dan menyebabkan keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasienterutama pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya nyeri pada pergelangan tangan dibanding pekerjaan yang lain.
c.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada pasien De Quervain tonsynovitis yaitu timbul ketakutan akan , rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
2.2.2        Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2014) diagnosa yang muncul dalam praktik keperawatan dengan kasus De Quervain tonsynovitis adalah:
1.       Nyeri berhubungan dengan dengan pembengkakan pada pergelangan tangan
2.      Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan peradangan pada tendon.
3.      Cemas berhubungan dengan penyakit dan tindakan medis (operasi) yang akan dilakukan
2.2.3        Intervensi Keperawatan
1.    Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada pergelangan tangan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam diharapkan nyeri pada pasien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
1.    Pasien dapat mengontrol nyeri dengan tehnik relaksasi dan distraksi
2.    Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
3.    Skala nyeri berkurang
4.    TTV pasien dalam batas normal
Tindakan keperawatan:
1)        Memposisikan pasien pada posisi yang nyaman sesuai kondisi pasien.
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
2)        Kaji nyeri pasien baik verbal maupun non verbal, catat lokasi,  intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya
Rasional :Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi
3)        Ajarkan pasien tehnik mengurangi nyeri nonfarmakologi dengan tekhnis relaksasi dan distraksi.
Rasional :Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat
4)        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik sesuai dengan kebutuhannya
Rasional : Penanangan lebih kompleks dengan medikasi
2.   Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan peradangan pada tendon.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 60 menit diharapkanpasien hambatan mobilitas fisik berkurang dan menunjukan tingkat mobilitas optimal.
Kriterian Hasil :
1. Pasien tidak meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi yang diperlukan
2. Melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal atau mandiri
Tindakan Keperawatan :
1)      Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau mengembalikan tingkat mobilitas sendi dan otot.
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya dengan cepat dan tepat
2)      Letakkan barang-barang pasien dekat dengan jangkauan pasien.
Rasional: Memudahkan pasien secara bertahap melakukan aktivitas secara mandiri.
3)      Pasang pagar tempat tidur pasien dan kunci tempat tidur pasien.
Rasional : mencegah terjadinya cedera ulang
4)      Berikan dukungan pada pasien dan keluarga pasien untuk memandang keterbatasan secara realitas.
Rasional : keluarga berperan penting untuk meningkatkan motivasi pasien dalam peningkatan mobilitas fisik pasien.
3.    Cemas berhubungan dengan penyakit dan tindakan medis (operasi) yang akan dilakukan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil:
1.      Pasien tampak tenang dan emosi stabil.
2.      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab cemas
3.      Wajah pasien tampak rileks
4.      Pasien mengatakan sudah tidak cemas.
Tindakan Keperawatan:
1)      Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : dapat mengurangi rasa cemas yang dialami oleh pasien.
2)      Berikan informasi tentang penyakit dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
Rasional : Informasi yang akurat mengenai penyakit tindakan pembedahan yang akan dilakukan akan menambah pengetahuan pasien dan mengurangi rasa cemas pasien
3)      Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi adalah teknik nafas dalam yang berguna untuk menenangkan pikiran
4)      Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dialami pasien (Nanda,2014).
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan untuk membuat pasiendan keluarga mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Setiadi, 2008).
Implementasi adalah inisiatif dari rencana untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan menfasilitasi koping.
2.2.5  Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon pasienterhadap tindakan keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan sebagai berikut :
1.         Mengumpulkan data keperawatan pasien
2.         Menginterpretasikan perkembangan pasien
3.         Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
4.         Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku (Patricia A Potter, 2005)
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara optimal:
S (subyektif)  : data berupa keluhan klien
O (obyektif)   : data hasil pemeriksaan
A (assesment) : pembanding data dengan teori
P (planning)   : perencanaan
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai, yakni :
1.          Tujuan tercapai jika pasienmenunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan
2.          Tujuan tercapai sebagaian atau pasienmasih dalam proses pencapain tujuan, jika pasienmenunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3.          Tujuan tidak tercapai jika pasienhanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar