BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
De Quervain Tenosynovitis adalah
kondisi yang menimbulkan rasa sakit dan mempengaruhi tendon di sisi ibu jari
pergelangan tangan. Pada mereka yang menderita de Quervain tenosynovitis,
menggerakkan pergelangan tangan dan memegang sesuatu atau mengepalkan tangan
pun akan menimbulkan rasa sakit pada tendon. De Quervain Tenosynovitis merupakan penyakit dengan
nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon
otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisi brevis setinggi radius distal
dan jepitan pada kedua tendon tersebut.De Quervain Tenosynovitis ini merupakan
tendovaginitis kronik yang disertai
penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan penebalan tendon.
Lokasi De Quervain Tenosynovitis ini adalah pada kompartemen dorsal pertama
pada pergelangan tangan.Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan
termasuk didalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL) dan tendon
otot ekstensor polisis brevis (EPB) paisen dengan kondisi yang seperti ini
biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsalateral dari pergelangan tangannya
dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian
lateral. Kondisi ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan non bedah (Sjamsuhidajat, 1998).
Angka kejadian
di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara orang-orang
yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang,seperti
pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Mortalitas tidak
berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa morbiditas yang dilaporkan
mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif di mana berhubungan
dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De
Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding
pada anak-anak. 3Hingga saat ini
belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden de Quervain’s
syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit seperti ini
sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome menunjukkan
jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada
wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya, banyak wanita yang
menderita de Quervain’s syndromeselama kehamilannya atau selama
periode postpartum (Mayo clinic, 2015). Data yang diperoleh dari bagian rekam
medis RS XXX jumlah angka kejadian pasien dengan de
quervain tonsynovitis pada bulan agustus
2017 ada 3% dari 45% de quervain tonsynovitis kemudian pada bulan oktober 2017 mengalami peningkatan menjadi7% dari bulan Oktober 2017
Meskipun penyebab pasti dari tenosynovitis de
Quervain tidak diketahui, setiap kegiatan berulang yang mengandalkan tangan
atau memerlukan gerakan pergelangan tangan – seperti bekerja di kebun, bermain
golf atau olahraga raket atau mengangkat bayi – dapat membuatnya lebih buruk. Penggunaan sendi yang berlebihan
atau overuse (terutama pada ibu jari).Gangguan ini biasanya terjadi setelah
menggunakan pergelangan tangan berulang-ulang. Gejala utama adalah rasa nyeri
pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari, saat
menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan. Luka langsung pada pergelangan
tangan atau tendon.Bekas luka menimbulkan bekas yang dapat membatasi pergerakan
tendon.Penyakit reumatoid arthritis.Penyakit reumatoid arthritis juga merupakan
penyebab dari de quervain syndrome karena banyak pekerjaan yag melibatkan
banyak pergerakan tangan seperti misalnya tukang kayu, pekerja kantoran, dan
pemain alat musik. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa. Posisi pergelangan tangan dan
tangan yang tidak biasa seperti pada orang tua baru yang menggendong anaknya
juga dapat memicu kondisi ini.Penanganan De Quervain
tendinosis/tenosynovitis dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu secara konservatif (non operasi) dan operasi. Penanganan De Quervain
tendinosis/tenosynovitis secara konservatif umumnya
dilakukan di awal keluhan (aziz, 2011).
Beberapa cara yang dilakukan pada pengobatan De Quervain tendinosis/tenosynovitis
secara konservatif yaitu: Penggunaan
penyangga (brace atau tapping) yang berguna untuk
mengistirahatkan pergelangan tangan dan ibu jari dari gerakan-gerakan yang
dapat memperburuk iritasi dan peradangan. Alat ini dapat
digunakan selama 4 hingga 6 minggu.Kompres es dapat dilakukan pada
kondisi akut dengan nyeri yang hebat. Lakukan kompres kurang dari 20 menit
setiap kalinya dan dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari selama 3 hari. Obat-obat pereda nyeri sederhana dapat
digunakan. Namun bila keluhan semakin berlanjut, biasanya dokter akan
memberikan obat pereda nyeri dan obat anti inflamasi generasi lanjut seperti
ibuprofen, naproxen atau obat lainnya.Jika langkah-langkah sederhana gagal
untuk mengontrol gejala, dokter mungkin menyarankan suntikan kortison ke dalam
terowongan tendon. Kortison dapat mengurangi pembengkakan tenosynovium dan
dapat meredakan gejala sementara. Suntikan kortison biasanya akan mengontrol
peradangan pada tahap awal dari masalah dan harus dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman melakukannya. Injeksi
kortison pada daerah tendon dan selubungnyaTerapi Fisik
(Fisioterapi) dan latihan fisikTerapi ini memadukan antara latihan fisik dan
terapi dengan menggunakan beberapa alat yang menggunakan metode fisika seperti
alat ultrasound (menggunakan gelombang suara), laser, terapi cahaya infrared
(panas) dan alat-alat lain dengan tujuan untuk mengurangi peradangan, rasa
sakit dan meningkatkan penyembuhan. Terapi
laser Terapi
fisik De Quervain
tendinosis/tenosynovitis umumnya dilakukan 6 sampai 8
minggu bersamaan dengan latihan fisik yang bertujuan untuk memperkuat dan
menstabilkan otot-otot dan sendi di tangan dan ibu jari. Latihan lain digunakan
untuk meningkatkan kontrol motorik halus dan ketangkasan ibu jari dan
pergelangan tangan.Dokter atau terapis juga akan mengajarkan dan membantu
menemukan cara untuk melakukan tugas-tugas atau aktivitas sehari-hari dengan
tidak terlalu banyak memberi tekanan pada ibu jari dan pergelangan tangan. Hal
ini berguna untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan kelainan berlanjut. Pengobatan De Quervain tendinosis / tenosynovitis secara
operasi dilakukan apabila dalam waktu 6-8 minggu tidak ada perbaikan dengan
terapi konservatif atau bahkan keluhan semakin bertam bahhebat.Dokter bedah akan melakukan
sayatan untuk membuka dan memberikan lebih banyak
ruang untuk tendon sehingga tendon tidak saling bergesekan saat bergerak Sayatan untuk merobek terowongan
(selubung tendon) pada tindakan operasi Operasi
De Quervain tendinosis/tenosynovitis dilakukan
dengan rawat jalan, pasien tidak diharuskan bermalam di rumah sakit. Proses pemulihan dapat memakan waktu
beberapa bulan. Rasa sakit dan gejala umumnya mulai membaik setelah operasi,
kecuali pada area bekas sayatan, yang harus mendapatkan perawatan khusus untuk
mencegah terjadinya infeksi.Selama masa pemulihan, dokter atau terapis juga
akan melatih penderita untuk mulai menggunakan dan menggerakkan tangan secara
aktif dan melatih rentang gerak sendi pergelangan tangan dan ibu jari. Waktu
pemulihan bervariasi, bergantung pada usia, kesehatan umum penderita, dan
berapa lama gejala telah ada sebelumnya (B,
Josep j, 2013).
1.2 Rumusan
Masalah
Bagai manakah asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan De
Quervain Tenosynovitis ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan De Quervain Tenosynovitis di RS XXX
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan De
Quervain Tenosynovitis secaratepat, efektif dan benar.
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien De Quervain Tenosynovitis yang efektif.
1.4 Manfaat
Penulisan Makalah
Terkait dengan tujuan, maka tugas makalah ini diharapkandapat memberi
manfaat :
1.4.1
Manfaat Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan De Quervain
Tenosynovitis di RS XXX
1.4.2
Manfaat Bagi Rumah Sakit
1.
Tugas
makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan di RS XXX
2.
Hasil
studi kasus ini dapat menjadi masukan dan tambahan informasi bagi pelayanan di RS XXX
3.
Hasil
studi kasus ini dapat memberikan infomasi baru dan sebagai bahan perbandingan serta referensi bagi penulis berikutnya yang akan
melakukan studi kasus asuhan keperawatan pasien dengan De Quervain Tenosynovitis dengan mengambil literatur yang
berhubungan dengan kasus.
BAB 2
LANDASAN
TEORI
Dalam
bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan
keperawatan De Quervain
Tenosynovits. Konsep penyakit akan diuraikan anatomi dan
fisiologis De Quervain Tenosynovitis , definisi, etiologi dan
factor resiko, manifestasi klinis, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan
diagnosis dan penatalaksanan medis. Konsep asuhan keperawatan mengenai penyakit De
Quervain Tenosynovitis dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
2.1 Konsep Dasar
De Quervain Tenosynovitis
2.1.1
Definisi De Quervain Tenosynovitis
De Quervain tendinosis/tenosynovitis
adalah peradangan atau pembengkakan tendon ibu jari dan selubungnya, yang
terletak di sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari tangan. Kelainan ini
sering juga dikenal sebagai gamer’s thumb, Blackberry thumb.
Tendon adalah
ujung-ujung otot yang berbentuk pita dan terdiri dari serat kolagen, yang
melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh
kontraksi otot ke tulang. Tendon tidak memiliki kemampuan berkontraksi seperti
otot, tetapi dapat memanjang (meregang). Aktivitas berulang yang memicu
timbulnya peregangan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan atau masalah pada
tendon dan selubungnya (Mayo
clinic,2015)
Pada gamer’s thumb,
tendon yang terlibat adalah tendon dari otot ekstensor policis brevis (EPB) dan
otot abduktor policis longus (APL) yang berfungsi untuk menggerakkan ibu jari
menjauhi dan mendekati telapak tangan.
Kedua tendon berjalan
berdampingan pada sisi pergelangan tangan di pangkal ibu jari tangan melewati
suatu terowongan yang berfungsi sebagai pemegang. Tendon ditutupi oleh
lapisan jaringan lunak licin tipis, disebut sinovium. Lapisan ini memungkinkan
tendon untuk meluncur dengan mudah melalui terowongan yang juga dilapisi dengan
lapisan licin yang disebut tenosynovium. Peradangan tendon dan pembengkakan
tendon dan selubung tenosynovium, disebut sebagai tenosynovitia (B, Josep J, 2013)
2.1.2
Anatomi
Tendon adalah
penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang dibungkus dengan pembungkus
tendon (tendon sheath), ada pula yang
tidak dan langsung melekat pada tulang.
Gambar 1. Tendon dari otot abduktor
polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis
Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor
dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang
karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian
lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini.
Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap
kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang
berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.
Gambar 2. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan transversal tendon sheath
Struktur
kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang terdiri dari
tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis longus,
kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis
dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu
tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot
ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah
tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot
ekstensor karpi ulnaris.
Gambar 3. Kompartemen pertama sampai
kompartemen keenam
De Quervain’s syndrome adalah
stenosis pada tendon sheath kompartemen
dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot
abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis.
Gambar 4. Kompartemen dorsal pertama
Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor
polisis longus berfungsi sebagai pergerakan abduksi pada polluks. Di antara kedua tendon ini berjalan cabang
dari nervus radialis sebagai sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada
komp artemen ini akan merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus
radialis (Sahin, 2003).
2.1.3
Etiologi
Penyebab pasti
dari De Quervain tendinosis/tenosynovitis atau gamer’s thumb tidak
diketahui. Namun setiap kegiatan yang mengandalkan gerakan tangan berulang atau
gerakan pergelangan tangan, seperti bekerja di kebun, bermain golf atau
mengangkat raket atau menggendong bayi, barang bawaan, dll, akan menyebabkan
tendon bergerak keluar masuk melewati terowongan (selubung tenosynovium)
berulangkali. Peningkatan gesekan ini mungkin mengiritasi dan memicu terjadinya
peradangan tendon dan pembengkakan tendon maupun lapisan tenosynovium (Foye, 2005).
Penyebab De
Quervain tendinosis/tenosynovitis yang lain, meliputi:
1.
Cedera langsung
yang mengenai pergelangan tangan atau tendon, dapat memicu terjadinya jaringan
parut dan akhirnya dapat membatasi pergerakan tendon.
2.
Penyakit
arthritis inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, dapat menyebabkan terjadinya
tenosynovitis di area tersebut.
3.
Orang yang
berusia 30 hingga 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena De Quervain
tenosynovitis dibanding kelompok usia lainnya.
4.
Kondisi ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan ± 8:1
dan mungkin berhubungan dengan kehamilan. Pekerjaan rumah tangga yang
melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan, seperti saat mengangkat
anak, mencuci pakaian, dll, juga dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut.
5.
Pekerjaan atau
hobi yang melibatkan pergerakan tangan dan pergelangan tangan berulang-ulang
juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya De Quervain tenosynovitis atau gamer's
thumb
2.1.4
Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk pembungkus
tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot
ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya
terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma
kumulatif (repetitif).
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada
jari-jari tangan (overuse)
menyebabkan malfungsi dari tendon sheath.
Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan
kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi
pergesekan otot dengan tendon sheath karena
cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga
terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini
menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini
memenuhi hampir seluruh tendon sheath.
Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon
sheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot
tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini
merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada
penderita penyakit ini (Polsdorfer, 2011).
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius.
2.1.5
Manifestasi
Klinis
Gejala
yang sering muncul adalah nyeri, tenderness, bengkak pada ibujari dan kesulitan
dalam aktivitas menggenggam.
Diagnosis untuk menegakkkan apakah ini adalah de Quervain syndrome adalah dengan
menggunakan finkelstein's test. Tes ini dilakukan dengan cara pasien
mengepalkan tangannya dimana ibujari diliputi oleh jari-jari lainnyas
elanjutnya dilakukan deviasi ulner plus ekstension. Hasilnya positif jika
pasien merasakan nyeri hebat sehingga menolak untuk melanjutkan gerakan
tersebut (Jowir, 2012).
Ada beberapa tanda dan gejala
klinis yang dapat kita amati dari penderita De Quervain Syndrome, antara lain :
1. Nyeri
pada sekitar ibu jari
2. Bengkak pada
pergelangan tangan sisi ibu jari
3. Rasa
tebal-tebal pada sekitar pergelang tangan sisi ibu jari karena syaraf yang
menempel pada selubung tendon ikut teriritasi maupun karena penjepitan syaraf
dari tendon yang membengkak
4. Adanya penumpukan
cairan pada daerah yang mengalami bengkak
5. Krepitasi saat
menggerakkan ibu jari
6. Persendian ibu jari
terasa kaku saat bergerak
7. Adanya penurunan
lingkup gerak sendi carpometacarpal (Discher,2007)
2.1.6
Komplikasi
Jika tenosynovitis de Quervain tidak diobati, penderita
mungkin sulit untuk menggunakan tangan dan pergelangan tangan dengan benar.
Jika tendon yang terkena tidak dapat lagi meluncur dalam terowongan dengan
baik, gerakan tangan pun akan terbatas (Aziz,2014) Anda
akan membatasi pergerakan tangan dan pergelangan tangan anda untuk menghindari
rasa nyeri jika dibiarkan tidak diterapi. Dengan terbatasnya pergerakan,
menimbulkan nyeri yang lebih besar dan juga menyebabkan berkurangnya kekuatan
dan fleksibilitas tangan anda, yang selanjutnya dapat membatasi pergerakan
tangan anda sama sekali
2.1.7
Penatalaksanaan
De
Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari
selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi extensor
pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Appley & Solomon,1995). De
Quervain Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis.
Tenosynovitis
adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung synovial. De Quervain
Syndrome melibatkan peradangan pada extensor pollicis brevis dan abductor
pollicis longus (McRae & Ronald 1999). Perawatan bisanya
mencakup:
1.
Minum obat
Non-Steroidal Anti-Inflammatory untuk meredakan nyeri
2.
Suntikan
steroid
3.
Memakai splint
untuk mengistirahatkan area yang terpengaruh Jika gejala terus membandel tanpa
ada perbaikan, akan ditawarkan pembedahan rawat jalan. Pembedahan hampir selalu
berhasil dan Anda akan dapat menggunakan kembali tangan Anda setelah pulih.
4.
Istirahat,
berendam aie hangan, dan obat-obatan anti-peradangan nonsteroidal (NSAIDS)
efektif hanya untuk kasus yang sangat ringan. Suntikan kortikosteroid kedalam
penutup tendon sangat membantu dalam 80% sampai 90 kasus: operasi kadang kala
diperlukan.
2.1.8
Pemeriksaan
Penunjang
1. Laboratorium :
2. Radiologi :
a.
X-Ray
b.
Pemeriksaan
rontgen:
c.
CT-scan/
MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan
2.2
Asuhan
Keperawatan Teori
2.2.1
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis. Secara
keseluruhan, De Quervain tonsynovitis kurang lebih sama pada laki-laki dan
wanita dan De Quervain tonsynivitis lebih banyak terjadi pada perempuan. (Joewono
Soeroso, 2014).
2. Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
Pada pasien dengan De Quervain tonsynovitis didapatkan keluhan
utama adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik
tergantung dan lamanya serangan.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan
untuk menentukan sebab dari De
Quervain tonsynovitis. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya nyeri pada
pergelangan tangan.
c.
Riwayat
Penyakit Sebelumnya dan Riwayat Operasi
Pada
pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab De Quervain tonsynovitis dan memberi petunjuk
berapa lama nyeri
tersebut akan sembuh. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit radang pada tendon
yang menyebabkan nyeri hebat. Serta riwayat operasi sebelumnya yang berkaitan dengan pembedahan.
d. Riwayat
Penyakit Keluarga dan Riwayat Alergi
Dikaji
apakah ada anggota keluarga dari pihak suami atau istri tentang penyakit
keluarga yang berhubungan dengan penyakit seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
3.
Pemeriksaan
Fisik
a. B1
(Breathing)
Pada
inspeksi, bila tidak mengenai sistem pernapasan, maka akan ditemukan
kesimetrisan rongga dada normal, pasientidak sesak napas, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan. Pada palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri.Pada perkusi, ada suara resonan pada seluruh lapang paru.Pada auskultasi,
suara napan hilang/melemah pada sisi yang dakit, biasanya didapatkan suara
nafas tambahan seperti ronki atau mengi
b. B2
(Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi
meningkat, iktus teraba auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
c. B3
(Brain)
Kesadaran biasanya komposmentis.Pada kasus yang
lebih parah, pasienbiasanya mengeluh pusing dan gelisah
d.
B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan
karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak
mengalami gangguan. Produksi urine dalam batas normal yakni 600 ml – 1600 ml / 24 jam
dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e. B5
(Bowel)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada
hernia. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba.
Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik
usus normal kurang lebih 20x/menit.
f. B6
(Bone)
Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering dikeluhkan
oleh pasien De Quervain tonsynovitis .Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan
gerakan lain (Arif Muttaqin, 2006).
4. Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola
Presepsi – Pemeliharaan Kesehatan
Pada kasus De
Quervain tonsynovitis akan timbul
ketakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup pasienseperti penggunaan obat steroid
yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah pasienmelakukan olahraga atau tidak.
b.
Pola
Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan De Quervain tonsynovitis akan
timbul keluhan nyeri dan menyebabkan keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu
oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
pasienterutama pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya nyeri pada
pergelangan tangan dibanding pekerjaan yang lain.
c. Pola
Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang
timbul pada pasien De
Quervain tonsynovitis yaitu timbul ketakutan akan , rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2014) diagnosa yang muncul dalam praktik keperawatan dengan
kasus De Quervain tonsynovitis adalah:
1.
Nyeri berhubungan dengan dengan pembengkakan pada pergelangan
tangan
2. Hambatan
Mobilitas fisik berhubungan dengan peradangan
pada tendon.
3. Cemas
berhubungan dengan penyakit dan tindakan medis (operasi) yang akan dilakukan
2.2.3
Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan pembengkakan
pada pergelangan tangan
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam diharapkan nyeri pada pasien
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
1. Pasien
dapat mengontrol nyeri dengan tehnik relaksasi dan distraksi
2. Pasien
mengatakan nyeri berkurang atau hilang
3. Skala nyeri berkurang
4. TTV
pasien dalam batas normal
Tindakan keperawatan:
1)
Memposisikan pasien pada posisi yang nyaman sesuai
kondisi pasien.
Rasional
: posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
2)
Kaji nyeri pasien baik verbal maupun non verbal,
catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10)
dan lamanya
Rasional :Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi
3)
Ajarkan
pasien tehnik mengurangi nyeri nonfarmakologi dengan tekhnis relaksasi dan
distraksi.
Rasional :Menurunkan nyeri dan rasa tidak
nyaman, meningkatkan istirahat
4)
Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik sesuai
dengan kebutuhannya
Rasional : Penanangan lebih kompleks
dengan medikasi
2. Hambatan
Mobilitas fisik berhubungan dengan
peradangan pada tendon.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 60 menit
diharapkanpasien hambatan mobilitas fisik berkurang dan menunjukan tingkat
mobilitas optimal.
Kriterian Hasil :
1. Pasien tidak meminta bantuan untuk aktivitas
mobilisasi yang diperlukan
2. Melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan
minimal atau mandiri
Tindakan Keperawatan :
1)
Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan
atau mengembalikan tingkat mobilitas sendi dan otot.
Rasional:
menentukan intervensi selanjutnya dengan cepat dan tepat
2)
Letakkan barang-barang pasien dekat
dengan jangkauan pasien.
Rasional:
Memudahkan pasien secara bertahap melakukan aktivitas secara mandiri.
3)
Pasang pagar tempat tidur pasien dan
kunci tempat tidur pasien.
Rasional :
mencegah terjadinya cedera ulang
4)
Berikan dukungan pada pasien dan
keluarga pasien untuk memandang keterbatasan secara realitas.
Rasional :
keluarga berperan penting untuk meningkatkan motivasi pasien dalam peningkatan
mobilitas fisik pasien.
3. Cemas
berhubungan dengan penyakit dan tindakan medis (operasi) yang akan dilakukan
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit rasa cemas berkurang atau
hilang
Kriteria
Hasil:
1. Pasien
tampak tenang dan emosi stabil.
2. Pasien
dapat mengidentifikasi penyebab cemas
3. Wajah
pasien tampak rileks
4. Pasien
mengatakan sudah tidak cemas.
Tindakan
Keperawatan:
1) Berikan
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : dapat mengurangi rasa
cemas yang dialami oleh pasien.
2) Berikan
informasi tentang penyakit dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
Rasional : Informasi yang akurat
mengenai penyakit tindakan pembedahan yang akan dilakukan akan menambah pengetahuan
pasien dan mengurangi rasa cemas pasien
3) Anjurkan
pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi adalah
teknik nafas dalam yang berguna untuk menenangkan pikiran
4) Anjurkan
keluarga untuk mendampingi pasien
Rasional : untuk mengurangi kecemasan
yang dialami pasien (Nanda,2014).
2.2.4 Implementasi
Keperawatan
Implentasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan untuk membuat pasiendan
keluarga mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Setiadi, 2008).
Implementasi adalah inisiatif dari rencana untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan menfasilitasi koping.
2.2.5 Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi merupakan
proses yang dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon pasienterhadap
tindakan keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Adapun
langkah-langkah evaluasi keperawatan sebagai berikut :
1.
Mengumpulkan data keperawatan pasien
2.
Menginterpretasikan perkembangan pasien
3.
Membandingkan dengan keadaan sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang
sudah ditetapkan.
4.
Mengukur dan membandingkan perkembangan
pasien dengan standar normal yang berlaku (Patricia A Potter, 2005)
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Evaluasi disusun
dengan menggunakan SOAP secara optimal:
S (subyektif) : data berupa keluhan klien
O (obyektif) : data hasil pemeriksaan
A (assesment) : pembanding
data dengan teori
P (planning) : perencanaan
Perawat
mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai, yakni :
1.
Tujuan
tercapai jika pasienmenunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan
2.
Tujuan
tercapai sebagaian atau pasienmasih dalam proses pencapain tujuan, jika pasienmenunjukan
perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3.
Tujuan tidak
tercapai jika pasienhanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan
sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar