HNP (Hernia Nukleus Pulpopus)
Dikesempatan kali ini saya akan share istilah yang mungkin banyak sudah mendengar atau belum mengetahui istilah yang satu ini, saya akan membahas satu persatu apa yang dimaksud dengan HNP?
Nukleus
Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan
degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,
atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang (kambuh). ( Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya
nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan
akibat kompresi saraf. ( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau
penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi
atau trauma pada anulus fibrosus. ( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai
dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf (yang menimbulkan berbagai
gejala dan periode penyesuaian anatomik). ( Price, 2005).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago
yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan
fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus
pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan
oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus
pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga
terjadi nyeri punggung bawah yang berat,
kronik dan berulang (kambuh).
Penyebab
beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1.
Riwayat trauma2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
3. Sering membungkuk.
4. Posisi tubuh saat berjalan.
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6. Struktur tulang belakang.
7. Kelemahan otot-oto perut, tulang belakang.
Lokasi Terjadinya Hernia Nukleus Pulpopus
Lokasi Terjadinya Hernia Nukleus Pulpopus
Hernia Nukleus Pulpopus dapat terjadi pada beberapa tempat diantaranya:
1. Ruang lumbal I ke ruang lumbal II
(L1-L2)
2. Ruang lumbal II ke ruang lumbal
III (L2-L3)
3. Ruang lumbal III ke ruang lumbal
IV (L3-L4)
4. Ruang lumbal IV ke ruang lumbal V
(L4-L5)
5. Lumbal V ke ruang sakrum I (L5-S1)
Manifestasi Klinis
1. Nyeri punggung bawah yang hebat,
mendadak, menetap beberapa jam sampai beberapa minggu secara perlahan-lahan.
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat
pada satu atau dua tungkai sesuai dengan distribusi akar saraf dan menjadi hebat
bila batuk, bersin atau membungkuk.
3. Parestesia yang hebat dapat
disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan mungkin terjadi sesudah
gejala nyeri saraf menurun.
4. Deformitas berupa hilangnya
lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot lumbal yang hebat.
5. Mobilitas gerakan tulang
berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas,
kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi
dan pada daerah paravertebral atau bokong.
7. Uji menurut Lasque-leg Raising
(SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya dan besarnya tekanan pada
akar saraf.
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada
herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi lutut secara pasif dalam
posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian depan.
9. Gejala neurologis pada tungkai,
berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan perubahan sensoris yang mengenai
akar saraf.
Klasifikasi Hernia Nukleus
Pulpopus
1.HNP
sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid,
parestesia, dan retensi urine
2.HNP
lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah,
ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak
kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V
kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri
dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang
dan refleks patela negatif. Sensibilitas ada dermatom yang sesuai dengan
radiks yang terkena menurun. Pada
percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising)
yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan
dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava
dab nafsinger akan memberikan hasil posistif .
Proses Penyembuhan Hernia Nukleus Pulpopus
1. Fase hematoma: Proses
terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabila terjadi punggung pada tulang
panunjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem
haversian mengalami robekan pada daerah luka dan akan membentuk hematoma
diantar kedua sisi punggung.
2. Fase proliferasi/
fibrosa: terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. pada
saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar punggung sebagai suatu reaksi
penyembuhan, karena adanya sel-sel osteogenik yang berpoliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada daerah endosteum
membentuk kalus internal sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.
3. Fase Pembentukkan
Kalus: Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu. Setelah pembentukan jaringan seluler
yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan
kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.
4. Fase Osifikasi:
Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3 minggu, patah tulang
melalui proses penulangan endokondrol, mineral terus-menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.
5. Fase Remodeling:
Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan terjadi reabsorbsi
secara eosteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus
eksternal secara perlahan-lahan menghilang (Rasjad, 1998 : 400 ).
Komplikasi
1. Kelemahan dan
atropi otot
2. Trauma serabut
syaraf dan jaringan lain
3. Kehilangan
kontrol otot sphinter
4. Paralis /
ketidakmampuan pergerakan
5. Perdarahan
6. Infeksi dan
inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
Faktor yang mempercepat penyembuhan Hernia Nukleus Pulpopus
1. Asupan darah yang memadai,
2. Nutrisi yang baik,
3. Tidak bmengangkat beban berat
terlebih dahulu,
4. Hormon-hormon pertumbuhan,
tiroid, kalsitonin, vitamin D.
Faktor yang menghambat
penyembuhan Hernia Nukleus Pulpopus
1.Trauma berulang
2.Kehilangan massa tulang
3.Immobilisasi yang tak memadai
4.Rongga atau jaringan diantar
fragmen tulang
5.Infeksi
6. Usia
7. Kortikosteroid (menghambat
kecepatan perbaikan)
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1.
Foto rontgen spinal : Memperlihatkan adanya
degeneratig pada tulang belakang / ruang interverbralis atau mengetahui
patologi lain (tumor, ostaomilitis).
2. Elektromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal terutama yang
terkena.
3. Venogram epidural
4. Fungsi lumbal :
Mengetahui adanya infeksi dan darah.
5. Tanda leseque (tes mengangkat kaki lurus keatas).
6. Mendukung diagnosa awal dari herniasai diskus
intervertevralis ketika muncul nyeri pada kaki pesterior.
7. Scan CT: Dapat menunjukkan
kanal spinal yang mengecil, adanya protursi diskus intervertebralis.
8. MRI : Pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan
jaringan lunak serta dapat memperkuat bukti adanya herniasi secara spesifik.
9. Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
Penatalaksanaan medik
a.
Pemberian
obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol kecemasan yang sering
ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal), relaksan otot, anti
inlamasi atau kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi yang biasanya
terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf yang terkena, antibiotik
diberikan pasca operasi untuk mengurangi resiko infeksi pada insisi pembedahan.
b.
Prosedur
pembedahan.
1.
Laminektomi, adalah
eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan memungkinkan ahli bedah spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medulla dan
radiks, laminektomi juga berarti eksisi vertebra posterior dan umumnya
dilakukan untuk menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.
2.
Disektomi, adalah
mengangkat fragmen herniasi atau keluar dari diskus intervertebral.
3.
Laminotomi, adalah
pembagian lamina vertebra.
4.
Disektomi dengan
peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank tulang) yang digunakan
untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra ; tujuan peleburan spinal
adalah untuk menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan tulang belakang
dan mengurangi angka kekambuhan.
5.
Traksi lumbal yang bersifat intermitten. (Smeltzer, 2001).
6.
Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka
Titanium yang berguna untuk mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi
semula.
c.
Fisioterapi
Ini adalah istilah salah satu tindakan operatif pada kasus diagnosa HNP , Mulai dari defenisi dan hal hal lainnya saya akan mencoba untuk share .
Microendoskopic- Disectomi (MED)
Definisi
Microendoskopic- Disectomi adalah tindakan bedah
pada kelainan penekanan saraf tulang belakang dengan menggunakan kamera dengan
sayatan minimal kira2 1-1,5 cm.
Tehnik
Minimally Invasive Spine Surgery/ Operasi Minimal Invasif /Microendoskopic-Disektomi
(MED) dimulai sejak tahun 1995, dan sudah berkembang pesat, saat ini di pasaran banyak metode
tehnik utk MED, salah satunya adalah ENDOSPINE system yang diciptakan oleh Dr
Destandeau dari Perancis. Kelebihan tehnik MED dengan ENDOSPINE sangat
menguntungkan buat pasien seperti;
1.
Sayatan kecil,
2.
Kosmetik lebih baik,
3.
One day care,
4.
Aktif bekerja kembali
lebih cepat,
5.
Tak perlu alat bantu,
6.
Perdarahan operasi
minimal,
7.
Aman
Persiapan
untuk pelaksanaan operasi sama seperti operasi lainnya; Lama operasi 1 jam, Jenis pembiusan dengan
general atau spinal. Tehnik ini bisa untuk kelainan HNP dan Spinal stenosis
lumbal. Tehnik ini tidak memasukkan alat atau implant pada tulang belakang.
Etiologi
1.
Arthritis degeneratif
(osteoarthritis) terjadi pada sesorang yang berumur 50 tahun & yang berumur
tua.
2.
(bantalan tulang
pinggul) menipis. Tulang kemudian bergesekan sehinggaterjadi nyeri dan kekakuan
3.
patah-patah tulang dari
sendi pinggul
4.
Rheumatoid arthritis.
Penyakit autoimun dimana membrane synovial menjadi meradang, menghasilkan
cairan synovial terlalu sedikit dan kerusakan tulang rawan artikular yang
menyebabkan rasa sakit dan kekakuan
5.
Kematian (aseptic
necrosis) dari tulang pinggul
6.
Deformitas kongenital
7.
Necrosis tulang pinggul
dapat disebabkan oleh patah tulang dari pinggul
8.
Obat-obat (seperti
alkohol atau prednisone dan prednisolone)
9.
Penyakit-penyakit
(seperti systemic lupus erythematosus)
10. Kondisi-kondisi
(seperti transplantasi ginjal)
Manifestasi Klinis
- Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.
- Spasme otot.
- Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
- Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.
- Deformitas.
- Penurunan fungsi sensori, motorik.
- Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.
- Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.
Komplikasi
1. terhentinya aliran darah
(edema area operasi, pembentukan hematoma), hipovolemia.
2.
trauma (spinal)
berhubungan dengan kelemahan temporer dari kolumna spinal, kesulitan
keseimbangan, perubahan dalam koordinasi otot.
3.
Pola nafas inefekif
behubungan dengan obstuksi / edema trakeal, bronkial, penurunan ekspansi paru
paru, nyeri.
4.
Gangguan rasa nyaman :
nyeri behubungan dengan tindakan pembedahan, edema, inflamasi.
5.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kerusakan neuromoskular, keterbatasan akibat kondisi, nyeri.
6.
Gangguan eliminasi
fekal : Konstipasi berhubungan dengan nyeri dan bengkak pada area bedah,
imobilisasi, penurunan aktivitas fisik, perubahan stimulasi syaraf, stres
emosi, kurang privasi, perubahan / pembatasan masukan diet.
7.
gangguan eliminasi
urine : retensi berhubungan dengan nyeri dan bengkak pada area operasi,
kebutuhan terhadap tetap berbaring di tempat tidur.
Dari beberapa komplikasi yang ditampilkan diatas, tentunya dokter penanggung jawab / operator (DPJP) akan mempersiapkan semuanya, dari pemeriksaan penunjang pasien, dengan dokter konsulan yang pastinya dengan dokter anastesi dan dokter spesialis lain misalkan dr spesialis jantung dan spesialis penyakit dalam, dalam hal ini diharapkan bertujuan untuk meminimalisir komplikasi yang ada, tentunya dari segi psikis pasien diharapkan positive thinking dan ada kemauan untuk sembuh, berfikir positif seperti ini juga akan bisa membantu masa pemulihan post operatif.
di rumah sakit Khusus orthopedi di surabaya, tindakan operatif dan kasus pasien seperti diatas sering dijumpai, tentunya dengan difasilitasi alat yang memadai tindakan modern seperti diatas bisa dikerjakan oleh dokter spesialis orthopedi yang berpengalaman.
Dari beberapa komplikasi yang ditampilkan diatas, tentunya dokter penanggung jawab / operator (DPJP) akan mempersiapkan semuanya, dari pemeriksaan penunjang pasien, dengan dokter konsulan yang pastinya dengan dokter anastesi dan dokter spesialis lain misalkan dr spesialis jantung dan spesialis penyakit dalam, dalam hal ini diharapkan bertujuan untuk meminimalisir komplikasi yang ada, tentunya dari segi psikis pasien diharapkan positive thinking dan ada kemauan untuk sembuh, berfikir positif seperti ini juga akan bisa membantu masa pemulihan post operatif.
di rumah sakit Khusus orthopedi di surabaya, tindakan operatif dan kasus pasien seperti diatas sering dijumpai, tentunya dengan difasilitasi alat yang memadai tindakan modern seperti diatas bisa dikerjakan oleh dokter spesialis orthopedi yang berpengalaman.
Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulpopus
Pengkajian
1.
Anamnesa
a. Data biografi : nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
sumber biaya, sumber informasi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu:
Riwayat kecelakaan, Dirawat dirumah sakit, Obat-obatan yang pernah diminum
c. Riwayat kesehatan sekarang:
Alasan masuk rumah sakit, Keluhan utama, Kronologis keluhan
d. Riwayat kesehatan keluarga:
penyakit keturunan
e. Riwayat psikososial: Orang
terdekat dengan klien, Interaksi dalam keluarga, Dampak penyakit terhadap
keluarga, Masalah yang mempengaruhi klien, Mekanisme koping terhadap
penyakitnya, Persepsi klien terhadap penyakitnya, Sistem nilai kepercayaan :
f.
Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama
sakit: Pola nutrisi, Pola eliminasi, Pola Personal Hygiene, Pola Istirahat dan
Tidur, Pola aktifitas dan latihan, Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Aktifitas
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang
terkena (mungkin segera, punggung itu sendiri atau terjadi secara sekunder,
dari pembengkakan jaringan, nyeri).
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang-kadang
terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau ansietas) atau hipotensi
(kehilangan darah)
2) Takikardia (respon stress,
hipovolemia)
3) Penurunan/ tidak ada nadi pada
bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pusat pada bagian yang
terkena.
4) Pembengkakan jaringan atau masa
hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
1) Hilang gerakan/ sensasi, spasme
otot
2) Kebas/ kesemutan (parestesia)
3) Deformitas lokal: angulasi
abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit ) Spasme otot, terlihat
kelemahan/ hilang fungsi.
4) Agitasi (mungkin badan nyeri/
ansietas atau trauma lain)
d. Nyeri/ kenyamanan
1) Nyeri berat tiba-tiba pada saat
cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang pada
imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf
2) Spasme/ kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit, avulsi jaringan,
pendarahan, perubahan warna
2) Pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
f. Penyuluh/ pembelajaran
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen: Untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis punggung
2) Scan tulang, tomogram, CT-scan /
MRI: Memperlihatkan punggung dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Pemeriksaan darah lengkap: Ht
mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
punggung atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan sel darah putih
adalah respon stres normal setelah trauma.
4) Kreatinin: Trauma otot
meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap trauma
berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (punggung)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan
spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat
traksi/ immobilisasi
c. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma
jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur invasif, traksi tulang
Intervensi dan evaluasi keperawatan
Dx. 1 Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas
tulang (punggung)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam trauma dapat
berkurang atau tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan stabilitas dan posisi pumggung
Intervensi:
Mandiri
a. Pertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi
R/ meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/
penyembuhan
b. Sokong punggung dengan bantal/ gulungan selimut
R/ mencegah gerakan yang tak
perlu dan perubahan posisi
c. Pertahankan posisi/ integritas traksi
R/ traksi memungkinkan
tarikan pada aksis panjang punggung tulang
Kolaborasi
Kaji ulang foto/ evaluasi
R/ memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/ proses penyembuhan
untuk menentukan tingkat aktivitas
Evaluasi : Trauma tidak terjadi
Dx 2 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang atau hilang
b. Skala nyeri 1
c. Klien menunjukkan sikap santai
d. Klien dapat mendemonstrasikan
tehnik relaksasi napas dalam
e. TD : 120 /90 mmHg
f. N : 60-80 x/mnt
g. S : 36-37 oC
h. P : 16-20 x/mnt
Intervensi
:
Mandiri
a. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam
R/ Peningkatan nadi menunjukan
adanya nyeri
b. Evaluasi skala nyeri, karakteristik dan lokasi
R/ Mempengaruhi pilihan
keefektifan intervensi
c. Atur posisi kaki yang sakit (abduksi) dengan bantal
R/ Meningkatkan sirkulasi yang umum, menurunkan area tekanan lokal dan
kelelahan otot
d. Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam
R/ Dengan tehnik relaksasi dapat
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi berikan obat sesuai
program
R/ Diberikan untuk menurunkan
nyeri dan / spasme otot
Evaluasi : Klien menunjukkan nyerinya
hilang/ berkurang
Dx. 3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya
pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan,
prosedur invasif, traksi tulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Balutan luka bersih
b. Tidak ada rembesan
c. Tidak ada pembengkakan pada
pemasangan infus
d. Warna urine kuning jernih
e. Leukosit dalam batas normal
(5000-10.000 ul)
f. TD : 110/70- 130/90 mmhg
g. N : 60-80 x/mnt
h. S : 36-37 oC
i. RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
Mandiri
a. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.
R/ Dapat mengetahui peningkatan
suhu secara dini merupakan indikasi adanya infeksi.
b. Observasi sekitar luka terhadap tanda-tanda infeksi
R/ Mengidentifikasi timbulnya infeksi
c. Lakukan perawatan luka setiap 1 hari sekali
R/ Dapat mencegah kontaminasi silang dan menghindari dampak infeksi yang
lebih dalam
d.Lakukan perawatan kateter setiap hari
R/ Mencegah mikroorganisme masuk
kea alat invasife
e.Ganti kateter setiap 1 minggu sekali
R/ Mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi terhadap pemeriksaan laboratorium (leukosit, led)
R/ Lekositosis menandakan proses terjadinya infeksi
Evaluasi : Infeksi tidak terjadi
Keep healthy, be positive thinking !!
Sampar Angin Khusus SYARAF KEJEPIT.
BalasHapusMinyak Sampar Angin. Mengatasi : syaraf kejepit, pegal linu, nyeri pinggang, terkilir, retak tulang, salah urat, keseleo, vertigo, stroke, asam urat, melancarkan peredaran darah, kaku leher, pegal-pegal, kecapaian, dll. Harga Rp. 175.000,- (30 ml). Permata Depok Regency Cluster Jade E20/17 Depok. Hp. 0856 910 910 09 (PIN BB : 266B8265). http://faneliaherbs1.wordpress.com ; faneliaherbs@yahoo.com
Saya dahulu juga terkena HNP di bagian lumbal, rasa nya sangat sakit dan nyeri, kaki kebas dan kadang ada rasa ngilu... Sudah melakukan fisiotrapi tapi tak kunjung ada perubahan dan akhir nya saya ketemu sesama pasien yg dia cerita waktu kami sama sama fisotrapi di rumah sakit kalau dia selain melakukan trapi beliau juga ada minum obat dari dokter yang kata nya sekarang kondisi ny jauh lebih baik dan sudah bisa br jalan agak lama.. Yg dulu nya buat brdiri saja rasa nya lemes dan sakit nya luar biasa... Dan beliau juga menyarankan untuk brobat ke dokter tr sebut dan beliau memberikan no hp dokter nya... Tapi waktu saya tlp jarak antara rumah saya dan beliau jauh banget... Dan alhasil beliau bilang gpp obat bisa di kirimkan yg penting harus tetap lakukan trapi rutin dll... Setelah 2 bulan saya rutin lakukan alhamdulillah lumbal saya sudah kembali ke posisi semula dan saya sudah bisa br aktifitas dng nyaman tanpa rasa sakit, pegel, dan ngilu di pinggang... Saya saran kan coba brobat juga ke dokter tr sebut... Nama dokter nya dokter eliza no hp nya 082269614664 semoga beliau mau dan bisa membantu untuk kesembuhan dari penyakit HNP yg sangat menyiksa ini... Amin...
BalasHapusterimakasih mbak, saya baru tau ternyata Minyak Varash Untuk Syaraf Kejepit (HNP) bagus ya. Mungkin bisa juga untuk referensi untuk anda. terimakasih informasinya ya
BalasHapus