BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas landasan
teori dalam penelitian yaitu meliputi sebagai berikut: 1) Konsep Kebiasaan, 2) Konsep Buang Air
Kecil, 3) Konsep Infeksi saluran kemih.
2.1 Konsep Kebiasaan
2.1.1 Pengertian
Definisi kebiasaan
menurut artikel boediekoest ; 2008
adalah titik temu
dari pengetahuan, keterampilan,
dan keinginan.. Sesuatu yang biasa dikerjakan, pola untuk
melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh individu dan
yang dilakukannya secara berulang- ulang untuk hal yang sama.
Kebiasaan adalah adat yang dilakukan
sehari-hari, sesuatu yang bisa dikerjakan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
2003: 132). Dan menurut Kartono K (1996) yang dikutip oleh Sunaryo (2004: 118)
kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan. Sedangkan menurut
Charlene Pedrick dan Dr. James Caliborn, Ph.D dalam the Habit Change Workbook,
How To Break Bad Habits and Form Good Ones (New Harbringer Publication,
November 2001, Copyright 2001) yang dikutip dari Nur Farida (2009: 166 ) bahwa
yang dimaksud dengan kebiasaan adalah aktivitas yang sering dilakukan,
dilakukan secara otomatis, kadang tanpa disadari dan susah dihentikan.
2.2 Konsep Buang Air Kecil
2.2.1 Pengertian
Sistem tubuh yang
berperan dalam eliminasi
urine adalah ginjal,
kandung kemih dan
uretra ( Nursalam,2008; 80).
Definisinya adalah
Peristiwa pembuangan urine,
keinginan berkemih disebabkan
oleh penambahan tekanan
dalam kandung kemih
dan isi urine
didalamnya. Rasa ingin
berkemih jika kandung
kemih jumlah urine
nya 170 – 230 ml ( Nursalam, 2008; 6 ).
2.2.2 Proses Berkemih
Berkemih ( mictio, mycturition, voiding,
urination ) adalah proses
pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih).
Proses ini dimulai
dengan terkumpulnya urine
dalam kandung kemih
yang merangsang saraf – saraf
sensorik dalam dinding kandung
kemih ( bagian reseptor ).
Rasa ingin berkemih bila
kandung kemih berisi
kurang lebih 250 – 450
cc orang dewasa dan
200 – 250 cc pada anak-
anak. ( alimul, 2003 )
2.2.3 Komposisi Urine
1. Air ( 96% )
2. Larutan ( 4% )
1).
Larutan organik : Urea, Ammonia, Kreatin dan Uric acid
2). Larutan anorganik : Natrium (sodium),
Klorida, Kalium (potasium), Sulfat, Magnesium dan fosfor.
2.2.4 Masalah
Kebutuhan Eliminasi Urine
1.Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine
dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan
isinya, sehingga menyebabkan
distensi dari vesika
urinaria.
Tanda –
tanda klinis pada
retensi:
1)
Ketidaknyamanan daerah pubis.
2)
Distensi vesika urinaria.
3) Ketidaksanggupan untuk berkemih.
4) Sering
berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).
5)
Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
2.Inkontinensia Urine
Ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol
ekskresi urine. Secara
umum, penyebab dari
inkonensia; proses penuaan, pembesaran
kelenjar prostat, penurunan
kesadaran dan penggunaan
obat narkotik atau
sedatif.
Inkotinensia Urine terdiri atas:
1)
Inkontinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine
tanpa sadar, terjadi
segera setelah merasa
dorongan yang untuk
berkemih.
2)
Inkontinensia Total
Merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus
menerus dan tidak
dapat diperkirakan.
3)
Inkontinensia Stres
Merupakan keadaan seseorang
yang mengalami kehilangan
urine kurang dari
50 ml, terjadi dengan
peningkatan tekanan abdomen.
4)
Inkontinensia Refleks
Merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak
dirasakan, terjadi pada
interval yang dapat
diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai
jumlah tertentu.
3.Enuresis
Merupakan
ketidaksanggupan menahan kemih
( mengompol ) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol
sfingter eksterna.Enuresis biasanya
terjadi pada anak
atau orang jompo, umumnya
pada malam hari.
4.Uretrotomi
Merupakan
tindakan operasi dengan
jalan membuat stoma
pada dinding perut untuk
drainase urine. Operasi
ini dilakukan karena
adanya penyakit atau
disfungsi pada kandung
kemih ( vesika urinaria ).
2.3 Konsep Infeksi Saluran Kemih
2.3.1 Pengertian
Infeksi Saluran
Kemih adalah ditemukannya
pada urine di
kandung kemih, yang
umumnya steril ( mansjoer ,2001; 523).
Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) disebabkan
oleh adanya mikro
organisme patogenik dalam
traktus urinarius, dengan
atau tanpa gejala
( Brunner & Suddarth, 2001 ).
Air kencing yang dihasilkan penderita infeksi saluran kemih ada yang berwarna coklat, kemerahan, dan bahkan berwarna
putih. Selain pada daerah bawah perut diatas kemaluan, rasa sakit juga dapat
dirasakan pada daerah
pinggang dan punggung, dan juga
dapat menimbulkan perasaan mual dan muntah (www.kesehatan/ISK2010.com).
Menurut Enday Sukandar ( 2006 ;553
) infeksi saluran
kemih dibedakan menjadi
2 yaitu:
1. Infeksi
saluran kemih (ISK) atas (seperti
pielonefritis akut & pielonefritis kronis )
2. Infeksi saluran
kemih ( ISK ) bawah.
1). perempuan (seperti sistitis & sindrom uretra
akut )
2). laki – laki ( sistitis, prostatitis, epidimidis, uretritis )
2.3.2 Faktor – faktor yang
mempengaruhi:
1.Usia
Pada
orang usia lanjut, frekuensi ISK memiliki proporsi hampir sama pada wanita dan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena terjadi perbesaran prostat pada pria yang
lebih tua. Pembesaran prostat terjadi pada hampir semua pria yang semakin
menua. Ini dapat menekan uretra dan menyebabkan masalah buang air kecil
dan kandung kemih. Kelenjar pada prostat yang membesar dapat menghalangi
uretra, sehingga menyebabkan kesulitan dalam berkemih pun meningkat. Kesulitan
ini menyebabkan kurangnya terjadi pembilasan uretra yang pada gilirannya
menyebabkan kolonisasi e. coli di kandung kemih. (www.wikipedia2010.com)
2.Gender
Wanita lebih sering menderita infeksi saluran kemih dikarenakan memiliki
uretra yang pendek, masuknya kuman dalam
hubungan seksual, dan perubahan
pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi. Pada pria biasanya akibat batu dan
penyakit prostat,adapun pada pria karena akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra ,seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari
rektum pada pria, dan adanya bakterisidal dalam cairan prostaltik, melindungi
pria dari ISK. Akibat ISK pada pria jarang terjadi. sedangkan pada anak- anak
karena kelainan kongenital.
3.Prevalensi bakteriuria
Bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urine, infeksi pada setiap
bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun
tanpa gejala.
2.3.3 Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya ISK
2.3.3.1 Bendungan Aliran
Urine ( Agus, 2001; 370 )
Ginjal normal
biasanya mempunyai daya
tahan terhadap infeksi
E.coli karena
itu jarang infeksi
hematogen E.coli. Ada beberapa
tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi
ginjal yang dapat
meningkatkan kepekaan ginjal
sehingga mempermudah
penyebaran hematogen.
2.3.3.2 Refluk Vesiko Ureter ( Agus, 2001;
372)
Naiknya bakteri dari
kandung kemih ke ginjal.
Hal ini disebabkan
oleh refluks vesiko ureter
dan menyebarnya infeksi
dari pelvis ke korteks
intra renal. Refluks vesiko
ureter adalah keadaan patologis
karena tidak berfungsinya
valvula vesiko ureter sehingga
aliran urine naik
dari kandung kemih
ke ginjal.
2.3.3.3 Urine Sisa Dalam Buli – Buli (
Petter & Perry, 2005; 1687)
Urine yang tersisa
dalam kandung kemih
menjadi lebih basa
sehingga kandung kemih
merupakan tempat yang
ideal untuk pertumbuhan
organisme.
2.3.4 Etiologi
Biasanya bakteri enteric,
terutama Escherica coli
pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari
variasi jenis bakteri
tersebut. Pada pria
dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus,
stafilokok, dan bahkan
pseudomonas. Bila ditemukan,
kemungkinan besar terdapat
kelainan saluran kemih.
Namun harus diperhitungkan kemungkinan
kontaminasi jika ditemukan
lebih dari satu
mikroorganisme ( Mansjoer, 2001; 523).
2.3.5 Patofisiologi
Sebagian besar merupakan
infeksi asenden. Pada
wanita, jalur yang
biasa terjadi adalah
mula – mula kuman dari
anal berkoloni di vulva,
kemudian masuk ke kandung
kemih melalui uretra
yang pendek secara
spontan atau mekanik
akibat hubungan seksual.
Pada pria, setelah
prostat terkoloni maka
akan terjadi infeksi
asenden. Mungkin juga
terjadi akibat pemasangan
alat, seperti kateter,
terutama pada usia
lanjut.
Wanita lebih sering
menderita Infeksi Saluran Kemih (
ISK ) karena uretra yang
pendek, masuknya kuman
dalam hubungan seksual,
dan mungkin karena
perubahan pH dan flora
vulva dalam siklus
menstruasi. Pada beberapa
wanita, frekuensi berkemih
yang jarang juga
memiliki peran.
Seharusnya bakteri yang masuk dibersihkan
oleh mekanisme pertahanan
tubuh, namun terdapat
kelainan anatomi yang
sering dijumpai adalah
nefropati refluks, nefropati
analgesik, batu, dan
kehamilan. Pada pria
biasanya akibat batu
dan penyakit prostat,
sedangkan pada anak – anak
karena kelainan kongenital
( Mansjoer,2001;523 ).
2.3.6 Gejala klinis
ISK ( Agus, 2001)
Gejala klinis Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) tidak
khas dan bahkan
pada sebagian pasien
tanpa gejala. Gejala
yang sering ditemukan
ialah, disuria, polaksuria,
dan terdesak kencing
yang biasanya terjadi
bersamaan nyeri dan
daerah pelvis. Polaksuria
terjadi akibat kandung
kemih tidak dapat
menampung urine lebih
dari 500ml karena
mukosa yang meradang
sehingga sering kencing.
Stranguria yaitu kencing
yang susah dan
disertai kejang otot
pinggang yang sering
ditemukan pada sistitis
akut. Tenesmus adalah
rasa nyeri dengan
keinginan mengosongkan kandung
kemih meskipun telah
kosong. Nokturia adalah
cenderung sering kencing
pada malam hari
akibat kapasitas kandung
kemih menurun. Sering
juga kita temukan
enuresis noktumal sekunder yaitu
ngompol pada orang
dewasa, prostatismus yaitu
kesulitan memulai kencing
dan kurang deras
arus kencing.
Gejala klinis ISK
sesuai dengan bagian
saluran kemih yang
terinfeksi adalah sebagai berikut:
1. Pada
ISK bagian bawah,
keluhan pasien biasanya
berupa sakit atau
rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan
air kemih sedikit – sedikit serta
rasa tidak enak
di daerah suprapubik.
2. Pada
ISK bagian atas
dapat ditemukan gejala
sakit kepala, malaise,
mual, demam, menggigil,
rasa tidak enak,
atau nyeri.
Kebiasaan suka
menahan kencing juga
bisa berpotensi menyebabkan ISK
karena kebiasaan ini
memungkinkan kuman masuk
ke dalam saluran kencing.
Tidak kencing sebelum melakukan hubungan
seksual atau memiliki riwayat penyakit
kencing dapat juga
menjadi penyebab ISK (http://ceri.ws.com).
Buang air kecil itu
akan membersihkan kandung kemih
dari bakteri yang berkembang
biak di urine, kalau
mempunyai kebiasaan menahan buang air kecil, bakteri di kandung kemih tersebut akan semakin subur berkembang biak, besar kemungkinan
akan terjadi infeksi saluran kemih.
Urine
adalah cairan sisa yang
diekskresikan ginjal. Cairan berupa
bahan terlarut sisa metabolisme seperti urea, garam terlarut, dan materi organik,
ini akan dikeluarkan tubuh melalui proses saluran kemih. Menahannya
keluar akan membuat
'sampah' terlarut itu mengendap dan mengganggu fungsi kandung
kemih dan ginjal (http://VIVAnews.com.tgl.10-11-2010